SISTEM PERNAPASAN
REPTIL
A. Definisi Reptil
Reptil
adalah kelompok besar keturunan vertebrata yang mendominasi pada era Mezoik. Reptil
(binatang melata) merupakan sebuah kelompok hewan vertebrata yang berdarah
dingin dan memiliiki sisik yang menutupi tubuhnya. Reptilia termasuk hewan yang
berdarah dingin atau biasa disebut ektoterm (hewan yang sangat bergantung pada
suhu lingkungan luar).
B. Klasifikasi Reptil
Kingdom :
Animalia
Filum : Chordata
Subfilum :
Vertebrata
Superclas :
Tetrapoda
Kelas : Reptilia
C.
Ciri-ciri Reptil :
1. Bersisik
2. Berdarah dingin
3. Jantung memiliki 4 ruang
4. Bernapas dengan paru-paru
5. Berkembangbiak dengan ovipar dan
ovovivipar
D.
Organ Sistem Respirasi
·
Hidung
·
Laring
·
Trakea
·
Bronkus
·
Paru-paru
E.
Sistem Respirasi
a) Di darat
Nares ekterna → Nares interna → Laring →
Trakea → Paru-Paru
b) Di Air
Nares ekterna → Nares
interna (di air terdapat vellum kemudian melalui glotis celah lingua) → Laring → Trakea → Paru-Paru
F.
Sistem Pernapasan
Pada reptilia, struktur pulmo lebih kompleks
dibandingkan pulmo amphibia. Permukaan dalam pulmo diperluas dengan
terbentuknya sekat-sekat pemisah yang tumbuh sebagai lipatan dindingnya yang disebut Faveolus. Namun masih lebih sederhana dibandingkan dengan vertebrata yang
lebih tinggi, sehingga pertukaran udara bersifat tidak efisien.
Pada umumnya hewan kelas Reptilia bernapas dengan paru-paru. Selain dengan paru-paru, kura-kura dan penyu pengambilan oksigen dibantu oleh lapisan kulit tipis dengan bayak kapiler darah yang ada di sekitar kloaka. Kloaka merupakan muara bersama saluran reproduksi, saluran ginjal, dan saluran pencernaan makanan.
Pada
reptilian pada umumnya udara luar masuk melalui lubang hidung, lalu trakea,
bronkus, dan akhirnya ke paru-paru. Lubang hidung terdapat di ujung kepala atau
moncong. Keluar masuknya udara dari dan ke dalam paru-paru terjadi karena ada
kontraksi otot pada tulang rusuk.Paru-paru tersusun atas gelembung-gelembung
berisi kapiler darah. Pertukaran gas terjadi di kapiler darah. Pertukaran gas
terjadi di kapiler ini, oksigen diambil dan karondioksida bersama uap air di
keluarkan.
Pada
beberapa jenis reptilian yang hidup di air, lubang hidungnya dapat ditutup oleh
klep, misalnya pada buaya. Selain iu pada buaya, saat menyelam, lubang batang
tenggorokannya dapat ditutup oleh lipatan kulit, sehingga air tidak masuk ke
dalam paru-paru pada pangkal tenggorokan cecak dan tokek terdapat pita suara. Selama
inhalasi, tulang rusuk memutar ke depan dan ke luar, memperluas rongga sekitar
paru-paru. Selain itu, hati, yang terletak tepat di belakang paru-paru, ditarik
posterior oleh aksi otot diafragma. Otot-otot ini berasal dari otot perut
internal. Mereka memperluas bagian depan
dari panggul dan gastralia ke septum posthepatic, lembaran tipis yang terhubung
ke sisi posterior dari hati. Kontraksi otot diafragma menarik hati kembali,
meningkatkan volume rongga paru-paru dan menurunkan
tekanan dalam paru-paru. Hal ini membantu memasukkan
udara di udara. Pernafasan keluar kebalikan gerakan-gerakan ini. Tulang rusuk melipat
kembali ke posisi, dan hati bergerak ke depan
melawan paru sebagai akibat dari kontraksi otot perut. Karena tekanan pada
dinding paru meningkat, maka
udara dikeluarkan. Secara keseluruhan, penambahan aksi
otot diafragma untuk respirasi meningkatkan volume udara yang diadakan di
paru-paru dan, sebab itu, membantu
memperpanjang waktu menyelam.
Paru-paru
reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru
reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi
memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak
efektif.
Pada
kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahan
yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa
jenis kadal misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang
memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.
Pada ular, pulmo
kiri lebih kecil daripada pulmo kanan dan kadang-kadang tidak ada sama sekali.
Reduksi atau eliminasi ini ada hubungannya dengan bentuk tubuh memanjang. Pada kebanyakan
ular, faveolus menonjol ke arah anterior,
namun pada
posterior mengalami penurunan sampai tidak ada. Terdapat dua daerah
paru-paru, yaitu bagian anterior pernapasan
(faveoli) dan bagian posterior sakular (avaskular). Tulang
rusuk dan otot pada dada berhubungan menjalankan
tekanan dan pengembangan dari dinding tubuh mengembangkan atau mengempiskan
paru-paru. Pembukaan dan penutupan dari glotis menyamakan dengan
gerakan-gerakan ini. Pertukaran gas terjadi di bagian pernafasan dari
paru-paru. Bagian sakular paru-paru bertindak sebagai lenguh ketika tubuh bagian anterior ditempati fungsi yang
berbeda dan tidak dapat menekan atau mengembangkan paru-paru.
Misalnya, ketika ular menelan mangsa, tubuhnya menjadi buncit selam makanan
lewat perlahan-lahan melalui kerongkongan, namun ventilasi dari paru-paru harus
berjalan terus.Walaupun trakea, diperkuat dengan cincin setengah lingkaran
tulang rawan, tetap terbuka, tubuh bsagian
anterior tidak dapat bertindak sebagai pompa aspirasi. Sebaliknya, posterior tubuh
belakang mangsa mengembang dan mengkerut, menyebabkan paru-paru sakular untuk
mengisi dan mengosongkan paru-paru. Pada Caiman dan buaya lainnya, hati
membantu pompa aspirasi dengan bertindak seperti "piston" untuk
ventilasi paru-paru.
Pertukaran udara di kura-kura terjadi ketika cangkang
sekitar paru-paru mencegah perubahan bentuk dan menghalangi aspirasi memompa
menggunakan tulang rusuk. Pada cangkang lunak penyu, gerakan alat hyoid (cincin tenggorokan) menarik air masuk dan keluar dari faring. Oksigen diserap dalam
faring untuk mempertahankan penyu saat berendam.
Dalam gertakan kura-kura, plastron berkurang, memungkinkan deformasi dari
dinding tubuh yang berkontribusi terhadap rongga udara paru-paru. Biasanya,
pergerakan masuk dan keluar dari
anggota tubuh mengubah tekanan pada paru-paru, dan helai
khusus otot dalam cangkang mengubah
tekanan paru. Paru-paru penyu dan isi rongga perut lainnya berada dalam rongga tunggal tetap, sehingga setiap
perubahan volume mengubah tekanan pada paru-paru. Sebuah cabang diperpanjang
dari atau ditarik ke cangkang
mempengaruhi tekanan dalam rongga ini dan membantu pompa aspirasi. Selain
itu, pada rongga posterior dalam
ditutup oleh membran yang membatasi, jaringan ikat dimana transversus abdominis
dan otot abdominis obliquus melekat. Kontraksi atau relaksasi otot-otot ini
mengubah volume rongga dalam cangkang dan
berkontribusi terhadap inhalasi atau pernafasan udara.
Otot diaphragmaticus, meskipun tidak ada di
kura-kura, namun terdapat di sebagian
besar penyu lainnya. Diafragma
bersama-sama dengan transversus abdominis memampatkan
rongga dalam untuk bertindak sebagai otot
pernafasan. Glotis terbuka dan abdominis obliquus memperluas rongga dalam
untuk bertindak sebagai otot inhalasi. Seperti pada tetrapoda lainnya, rongga udara
paru-paru dan daya penggerak digabungkan. Daya penggerak
menentukan perubahan bentuk pada tulang rusuk dan, sebab itu,
pada paru-paru terletak di dalam. Dalam 7-kaki bipedal dinosaurus Deinonychus,
otot caudotruncus berasal dari pangkal ekor, slip sekitar akhir takal seperti
pubis, dan menyisipkan pada gastralia tersebut. Kontraksi
bekerja pada tulang rusuk tapi disinkronkan dengan berirama, perangkat yang berhubungan dengan masa putaran
yang dihasilkan pada waktu daya gerak.
Sebagai cabang belakang dari dinosaurus
berjalan membuat kontak dengan tanah, inersia dari leher dan ekor menarik
mereka ke bawah untuk memadatkan
tulang rusuk, kontribusi untuk pernafasan. Sebagai
anggota badan mendorong berhenti,
leher dan ekor pulih ke atas, meningkatkan volume toraks untuk menaikkan
inhalasi.
Paru-paru
bangsa buaya mirip pada mamalia, sementara itu pada sebagian kecil kadal
memiliki diverticula yang terentang
di bagian posterior paru-paru berfungsi seperti kantong udara pada burung.
Trakhea dan bronkhus umumnya pendek dan sederhana, tetapi reptilia berleher
panjang misalnya kura-kura, trakhea juga panjang.
G.
Sistem Pernapasan atau Respirasi pada Hewan
Reptil
1. Kadal :
Udara masuk melalui lubang hidung ke hidung dalam
(dibelakang velum) kemudian ke glottis ( dalam faring), trakea, bronki (ada 2),
dilanjutkan ke paru (dengan kapiler-kapilernya).
2. Buaya
Udara masuk melalui lubang hidung, menuju ke hidung
dalam (dibelakang velum), melalui glottis (dalam faring) tempat terdapat pita
suara, menuju ke trakea, kemudian menuju ke bronki yang bercabang dua
masing-masing ke paru-paru.
3. Penyu
Dari faring, melalui celah suara (glotis) terus
menuju trakea (bercin kartilago), dilanjutkan ke bronki yang kemudian
bercabang-cabang dalam paru-paru. Paru-paru itu terbagi dalam
kompartemen-kompartemen (lobus-lobus). Laring dari kartilago terdapat di ujung
anterior trakea
DAFTAR PUSTAKA
Brotowijoyo, Mukayat Djarubito. Zoologi Dasar. Penerbit
Erlangga
Jasin, Maskoeri. 1992. Zoologi Vertebrata. Surabaya
: Sinar Wijaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar